MAKAM
MAKAM SULTAN HADLIRIN MANTINGAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami M. SI
Disusun Oleh:
Muhammad Sholahudin Latif (133511055)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERIWALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan
masyarakat Islam di sekitar majapahit dan terutama di beberapa kota pelabuhan
di Jawa sangat erat hubungannya dengan
perkembangan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam
yang telah memiliki kekuasaan ekonomi dan politik di samudera pasai, Malakah, dan Aceh.
Terdapat
delapan kerajaan yang merdeka di Jawa
dan Madura, salah-satunya yakni kerajaan Kalinyamat. Kerajaan Kalinyamat
memiliki wilayah pelabuhan yang cukup terkenal yakni pelabuhan Bandar Jepara yang merupakan pelabuhan
perdagangan yang cukup ramai.
Raden
Toyib datang kepelabuhan Bandar Jepara tepatnya 5 tahun setelah dia berada di
Tionghoa untuk melanjutkan misinya yakni menyebarkan Islam. Tidak lain Raden Toyib adalah Sultan Hadlirin yang
merupakan calon suami dari Kanjeng Ratu Kalinyamat. Untuk cerita lebih
jelasnya, akan dipaparkan pada pembahasan laporan ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
- Bagaimana sejarah dan asal-usul Sultan Hadlirin ?
- Bagaimana keadaan makam Sultan Hadlirin?
C. Tujuan Penelitian
1. untuk memenuhi tugas akhir mata
kuliah Islam dan Budaya Jawa
2. Untuk mengetahui sejarah dan
asal-usul Sultan Hadlirin
3. Untuk mengetahui keadaan makam
Sultan Hadlirin
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Makam
Mantingan kota Jepara pada hari Jumat tanggal 25 Desember.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara atau survei di
lapangan. Langkah-langkah penelitian sebagai berikut.
- Menyiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara
- Melakukan wawancara kepada para warga disekitar makam
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan
teknik wawancara sebagai proses pengumpulan data ataupun informasi
BAB III
PEMBAHASAN
- Riwayat dan Asal-Usul Sultan Hadlirin Mantingan
Sultan Hadlirin Mantingan semasa kecil bernama Raden Toyib. Beliau
sebenarnya bukan asli orang Jepara, melainkan orang Aceh. Beliau merupakan
putra dari raja yang berkuasa di wilayah Aceh yang bernama Syech Mukhayyat
Syah.
Raden toyib pergi mengembara dengan tanpa tujuan apapun kecuali
mengembangkan agama islam. Konon saat beliau mengembara, beliau perna terdampar
di Tiongkok. Beliau pun diangkat menjadi anak oleh seorang patih Tionghoa yang
bernama Cie Wie Gwan. Beliau disana dipanggil Toyab.
Singkat cerita setelah 5 tahun tinggal di rumah Cie Wie Gwan, Raden
Toyib mengembara lagi. Akhirnya beliau terdampar di pelabuhan pesisir pantai
utara yang bernama Bandar Jepara. Saat itu Bandar Jepara merupakan pelabuhan
perdagangan yang sudah ramai. Sebab Bandar Jepara dijadikan sebagai garis
pelayaran dan perdagangan negeri malaka.
Dalam penyiaran agama islam Raden Toyib menyamar dengan memakai
pakaian ala kadarnya. Karena keramahannya dalam menyebarkan agam islam banyak
orang Hindu Budha beralih ke agama islam yang dibawah Raden Toyib. Karena sudah
lama berada di Jepara, Raden Toyib mengabdikan dirinya ke kerajaan Kalinyamatan
yang menguasai Jepara saat itu. Raden Toyib diberi pekerjaan sebagai tukang
kebon oleh kanjeng Ratu Kalinyamat. Karena Raden Toyib memiliki fisik yang
gagah perkasa dan tampang yang rupawan. Ratu Kalinyamatpun jatuh cinta kepadanya
dan memintah Raden Toyib untuk menikahinya. Setelah menikah Ratu Kalinyamat
menyerahkan tahtanya kepada suaminya Raden Toyib.
Ketika Demak terjadi krisis hebat setelah meninggalnya Raden Patah
dan disusul pula dengan pangeran Sabrang Lor (sultan Demak II). Tahta yang
seharusnya di terimah oleh Pangeran Seda
Lepen direbut oleh sunan Prawoto yang mengincar tahta kerajaan Demak. Cita-cita
Sunan Prwoto pun akhirnya tercapai, yakni menjadi pewaris kerajaan Demak. Namun
Arya Penangsang geram karena pembunuh Ayahnya malah muncul sebagai Sultan
Demak. Dia pun menyuruh anak buahnya yang bernama Rangkut untuk membunuh Sunan
Prawoto. Usahanya pun berhasil, tetapi kekuasaan kerajaan Demak jatuh ketangan
Sultan Hadlirin karena Ratu Kalinyamat adalah adiknya Sunan Prawoto. Saat sultan
Hadlirin dan Ratu kalinyamat hendak perjalanan pulang. Ditengah-tengah
perjalanan mereka dihadang oleh utusan Arya Penangsang. Akhirnya sultan
Hadlirin berhasil dibunuh oleh Arya Penangsang. Hal itu terjadi kira-kira tahun
1471 tahu Jawa dan 1549 M
B. Makam Mantingan
Makam Sultan Hadlirin Mantingan Terletak di belakang dibelakang
masjid Mantingan yang dimana masjid tersebut merupakan masjid tertua kedua setelah
Masjid Demak yang dibangun Ratu Kalinyamat 10 tahun setelah meninggalnya mendiang
suaminya. Ratu Kalinyamat pun dimakamkan dekat dengan suaminya.
Setiap tanggal 17 Robi’ul Awal, sehari sebelum hari jadi Jepara,
makam Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin sering dikunjungi oleh peziarah untuk
memperingati meninggalnya Sultan Hadlirin. Pada saat itu dilakukan prosesi buka
luwur, yaitu mengganti penutup makam Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin. Makam
mantingan saat ini masih dianggap keramat bahkan sebagian masyarakat meyakini
bahwa pohon pace yang tumbuh disekitar makam memiliki kasiat, bagi seorang
istri yang belum memiliki anak buah ini bisa menjadi obat. Namun buah jatuh
yang memiliki kasiat dan cara makannya harus dimakan bersama suaminya.
Hal lain yang dianggap keramat adalah air yang ada dikomleks makam
tersebut. Air keramat ini sangat ampuh untuk menguji kejujuran seseorang.
Karena itu air disini sering digunakan untuk menyelesaikan sengketa. Caranya
dengan berdo’a dan minum air ini, bilah seseorang bersalah dan tidak mau
mengakuinya, maka akan mendapatkan hukuman dari Allah Yang Maha Kuasa.
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Sultan Hadlirin merupakan raja sekaligus penyebar agama islam di
wilayah kerajaan kalinyamat di daerah Jepara. Masjid dan Makam beliau meyimpan
peninggalan kuno islam dan menjadi salah-satu aset wisata sejarah di Jepara,
dimana masjid tersebut dijadikan sebagai pusat penyebaran agama islam dipesisir
utara pulau Jawa dan merupakan masjid tertua kedua setelah Masjid.
0 komentar:
Posting Komentar